August 05, 2005

aku hanya memilikimu hari ini

apakah mungkin masa lalu adalah masa depan juga?
bertahuntahun kubangun peradaban dalam diri
di sini, segalanya tak pernah pasti
keraguan berkecamuk dalam kepastian
kepastian bergelayut dalam ketakterdugaan

dan kehadiranmu menjadi penanda
masa lalu adalah kenangan
episode yang usai dijalankan
sedang ketakpastian adalah hari esok

bergegaslah, kita punya mimpi sendiri!
katamu menjelang fajar berkumandang

bawakan aku mimpi baru!
agar aku punya hari esok sepertimu,
ucapku lirih di selasela mentari yang mulai terbit lagi
menghapus kelam malam

kita hanya punya hari ini.

aku hanya memilikimu hari ini,
entah esok.

Pentagon, 03 Agustus 2005

March 31, 2005

dunia tanpa rasa adalah...

dunia tanpa rasa adalah hal yang mengerikan. mimpi buruk yang tak pernah berakhir. sejarah tak pernah akan tertulis, dan kita tak akan pernah membacanya.

tapi rasa? kenapa harus juga rasa yang sama yang senantiasa datang, hadir dan beranak-pinak di sini? kenapa harus rasa yang ini yang mengalahkan rasa-rasa lain di dunia?

bukankah ada kesedihan, ada kebahagiaan, ada kekecewaan, ada kenestapaan, ada kekalahan, ada kesepian sebagai warna-warna lain dari rasa?

kenapa harus kerinduan?
kenapa harus rindu yang bertubi-tubi menyerbu jantung, membangun kekalutan yang panjang, membunuh satu demi satu pengharapan. kenapa harus rindu yang meruang dalam batin? kenapa?

diam-diam, tuhan tersenyum.
lantas dengan kun fa ya kun, dikirimkannya rindu berkarung-karung ke dalam dada kita. ke dalam hati kita. melahirkan anak-anak kecemasan yang senantiasa gelisah dan berlari-lari, mencari-cari sesuatu dalam sebuah pertemuan.

January 07, 2004

2004

semua berubah. laksana aliran sungai
arus deras semakin jauh membawa kisah
kau dan aku telah melewati harihari
bersama derasnya arus rindu

di mimpi mana kita bertemu?
memburu peluk, melepas jarak
sebagai satusatunya kesedihan
yang berdiam dalam diri

menarilah kekasih! kita hapus segala luka
kita terjang seluruh badai
kita bercumbu pada gelombang pasang
tempat cinta dan rindu bersatu jadi hantu
menjadi satu dalam laju waktu

hari pertama di tahun baru
peluk aku dan ucapkan kalimat cinta
paling panjang yang kau punya.

BumiAllah, 01 januari 2004

December 16, 2003

aku ingin menjadi tuhan

jalanjalan ini semakin mengingatkan aku
satu demi satu cuplikan itu berkelebat
mimpimimpi asing di malam yang bising
mengirim serupa ketakutan dengan wujud rindu

aku terhempas, tuhan!
jatuh dalam lorong kota yang bau
terseok di trotoar dengan kaki pincang
merabaraba arah pulang, merayap dalam gelap

siapa punya airmata?
kelopak mata ini sudah tandus
tak pernah ada lagi tangis disini
hanya desah yang semakin kabur
hanya ratap yang semakin lindap
hanya bisu yang semakin gagu

aku ingin menangis, tuhan!
memecahkan rembulan di dada kanan
menyobek matahari di dada kiri
mencipta kiamat bagi dunia kecil
yang kugenggam.

aku ingin menjadi tuhan!
boleh kan?

jogja, 09 desember 2003

December 14, 2003

jogja, 03 desember 2003

sebuah perjalanan telah kembali dimulai
langkahlangkah berat mulai terasa
ada getar serupa ketakutan
mungkin rasa cemas yang berlebihan
seekor semut melintas tibatiba
ada yang terlupa dari kisah ini, sebuah janji
untuk tetap mencari meski pencarian
itu sendiri memang takkan pernah selesai

rentangkan tangan, lalu terbang!
ke dasardasar hati paling dalam
ke lekuklekuk rasa paling sempit
ke samudera luas bernama hidup.

December 04, 2003

pelarian pertama

aku berlari ke arah timur matahari
mencari pertanda tentang cahaya
membuat peta sendiri dengan tangan
dan kaki
seperti ribuan tahun lalu ketika lakilaki
memaki anaknya sendiri
seperti itu juga telah kukemas airmata
sebagai bekal pertama membaca garis
pada telapak tangan dan isyarat alam
sebagai naluri petualang

inilah pelarian pertama
atas semua yang pernah lahir
tumbuh dalam sumsum sebagai pertanda
hidup memang ada.

BumiAllah, 28 nopember 2003

November 17, 2003

kepada lakilaki yang menyimpan lautan di hatinya

terima kasih telah kau ijinkan aku singgah di hatimu
melarutkan airmata dalam gerimis. menyusun kembali
puzzle hidup yang poranda

kita masih berdiri pada stasiun yang sama
menggumamkan rangkaian peristiwa sebagai peta
mencatat semua yang telah lewat, mengabadikan
seluruh janji

terima kasih untuk terus percaya bahwa kita bisa terbang
dengan berpelukan, melarung perjalanan dengan bergenggam
tangan. mencipta puisi dari harihari yang menjelma rasi
meski selalu ada yang tak selesai diantara kita
ketika raungmu memecah sunyi gerbonggerbong
yang membawa seluruh hasrat pada geletar angkasa
hanya tawa yang terdengar samar, mengabut dalam kenangan
mencipta jarak bagi pengembara yang terluka

aku hanyalah perempuan asing dalam perjalananmu
menempuh rimba usia, tapi kau telah mendekapku
serupa malam memeluk bulan

rintihmu mengabur dalam desau camar dan nyanyi daun
mungkin jarak terlalu lekat hingga airmata menjadi kelelawar
yang memangsa ranum hatimu meski lindap bulan merajam
gelap dalam dada

perbincangan telah selesai
tapi rindu kita tak pernah usai.

BumiAllah, 12 November 2003

October 09, 2003

ritus bulan

aku tak pernah tahu berapa lama engkau singgah disini
tapi iramamu serupa detak jam dinding yang kuhapal
dentingnya pada pusara matahari dan ritus rembulan

senja yang larut pada laut
melukis samar wajahmu lewat terjal karang
sedang camar pulang ke sarang merajut mimpi
atas rindu ibu

perjalanan ini kekasih
telah kulewati dengan kaki pincang dan luka di dada kiri
menggoreskan tanda merah pada batubatu, pepohonan
dan tanah basah. sedang angin sudah sejak lama
membawa amis darah ke setiap penjuru

di belantara mana kita akan bertemu?
sebab aku mulai letih menghitung rasi, membaca cuaca,
menentukan musim bagi para pecinta yang berziarah
di kuilkuil para dewa.

BumiAllah, 05 oktober 2003

September 27, 2003

sketsa airmata

sesaat sebelum perjalanan
engkau pernah mengajakku singgah
mencium rumputan pada halaman rumah
aku membaca album kenangan di dinding
kamarmu yang menyimpan berjuta
peristiwa

gitar yang kau petik mengirim rindu
dari masalalu sedang posterposter itu
seakan berteriak memanggilku
seperti jam dinding yang berdetak
dalam jantung

entah persinggahan ke berapa
saat pintumu terbuka. mempersilahkan
tubuhku sekedar istirah atau hanya
membaca pertanda dari cuaca demi cuaca

engkau asing di mataku, tapi perjalanan
telah menyeretku memasuki duniamu
dan engkau perlahan mengisi rongga
dadaku yang hampa

disini, kulukis sketsa dari airmatamu
mengalir menuju muara cinta ilahi.

BumiAllah, 29 Agustus 2003

July 28, 2003

sudah lama kularung puisi dalam diri
namun tak juga kutemukan arti
tentang "mengapa cinta tak harus memiliki?"